Perbedaan Antara Teori Konflik dan Konsensus | Teori Konflik vs. Konsensus

Anonim

Teori Konflik vs. Konsensus

Kedua teori tersebut bertujuan untuk memahami perilaku manusia, mengetahui perbedaan antara teori konflik dan konsensus hanya bisa lebih membantu Anda. Kedua teori ini sangat banyak digunakan dalam ilmu sosial. Kedua teori ini biasanya dibicarakan sebagai oposisi berdasarkan argumen mereka. Teori konsensus menekankan bahwa tatanan sosial adalah melalui norma bersama, dan sistem kepercayaan orang. Para teoretikus ini percaya bahwa masyarakat dan ekuilibriumnya didasarkan pada konsensus atau persetujuan orang. Namun, para ahli teori konflik memandang masyarakat dengan cara yang berbeda. Mereka percaya bahwa masyarakat dan tatanan sosial didasarkan pada kelompok masyarakat yang kuat dan dominan. Mereka menekankan adanya benturan kepentingan antar kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Artikel ini mencoba untuk menyoroti perbedaan antara kedua teori ini melalui penyediaan pemahaman yang lebih baik mengenai kedua teori tersebut.

Apa itu Teori Konsensus?

Teori konsensus berfokus pada tatanan sosial yang didukung oleh norma, nilai, dan kepercayaan bersama rakyat. Menurut perspektif ini, masyarakat menjunjung tinggi perlunya mempertahankan status quo dan jika seseorang menentang apa yang diterima dan dimiliki oleh mayoritas orang tersebut dianggap menyimpang. Teori konsensus memberi kesan budaya sebagai cara mempertahankan konsensus masyarakat. Teori ini menyoroti integrasi nilai-nilai sekelompok orang. Teori konsensus sangat penting bagi perubahan sosial karena mereka lebih fokus pada mempertahankan masyarakat karena melalui konsensus. Namun, mereka tidak menolak kemungkinan perubahan sosial. Sebaliknya, mereka percaya bahwa perubahan sosial terjadi dalam batas-batas konsensus.

Apa itu Teori Konflik?

Adalah Karl Marx yang memprakarsai pendekatan ini untuk melihat masyarakat melalui ketidaksetaraan di masyarakat yang menimbulkan konflik kelas. Menurutnya, ada dua kelas dalam semua hal, yaitu kelompok kaya dan orang kaya. Status quo dipertahankan dan didorong sesuai dengan keinginan kelompok dominan atau yang lain kaya di masyarakat. Para ahli teori konflik juga memperhatikan bagaimana kelompok dominan di masyarakat mempertahankan kekuasaan mereka melalui penggunaan institusi sosial seperti agama, ekonomi, dan lain-lain. Mereka percaya bahwa mereka yang berkuasa menggunakan mekanisme represif sekaligus aparatus negara ideologis untuk mempertahankan sosial. memesan.

Dalam pengertian ini, teori ini menyoroti konflik kepentingan di antara orang-orang. Teori konflik juga memperhatikan berbagai bentuk ketidaksetaraan yang terjadi di masyarakat yang dapat bersifat ekonomi, politik, dan pendidikan. Tidak seperti teori konsensus, teori ini tidak memberi kesan pada norma dan nilai bersama atau konsensus orang. Mereka menyoroti pentingnya perjuangan antara kelas dan bentrokan orang-orang kaya dan memiliki-tidak sebagai alat untuk mencapai kesetaraan.

Apa perbedaan antara Teori Konflik dan Konsensus?

• Teori konsensus menekankan bahwa perlunya norma bersama dan sistem kepercayaan orang untuk mempertahankan tatanan sosial.

• Teoretisi ini tidak terlalu memperhatikan perubahan sosial dan menganggapnya sebagai proses yang lamban.

• Mereka menekankan integrasi nilai.

• Jika seseorang menentang kode etik yang diterima, dia dianggap menyimpang.

• Teori konflik menyoroti bahwa masyarakat dan tatanan sosial dikendalikan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan dominan.

• Mereka menekankan adanya benturan kepentingan antar kelompok yang berbeda dalam masyarakat.

• Mereka menolak kepercayaan konsensus, norma dan nilai bersama.