Perbedaan antara tylenol (parasetamol) dan aspirin Perbedaan Antara

Anonim

Tylenol (parasetamol) vs Aspirin

Generasi saat ini sangat terbiasa dengan pil untuk setiap penyakit ringan. Obat-obatan bisa lebih berbahaya daripada manfaat jika digunakan dengan tidak hati-hati. Ini benar-benar mengatakan bahwa kelebihan dari sesuatu itu berbahaya, dan dengan demikian pembenaran penting sebelum mengkonsumsi obat kuat seperti Tylenol atau aspirin.

Aspirin dan Tylenol adalah analgesik (obat penghilang rasa sakit) tapi cara kerjanya sangat berbeda. Aspirin bertindak dengan menghambat prostaglandin (hormon yang menghasilkan sinyal nyeri) namun bertindak secara lokal dan menghentikan produksi sinyal rasa sakit. Tylenol juga disebut parasetamol dan mengandung asetaminofen. Parasetamol juga merupakan inhibitor prostaglandin namun menghambat enzim siklooksigenase. Dengan demikian mengendalikan rasa sakit dengan mengendalikan sinyal sebelum mencapai otak. Aspirin memiliki sifat anti-platelet dalam dosis rendah tetapi memiliki sifat anti-inflamasi dalam dosis tinggi. Parasetamol adalah anti-piretik yang sangat kuat, yang berarti membantu menurunkan demam, tapi aspirin lemah. Aspirin digunakan dalam mengobati gangguan kolagen seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, spondyloarthropathy sebagai obat anti-inflamasi untuk mengendalikan peradangan dan dengan demikian mengurangi demam dan nyeri sendi. Karena sifat anti-trombotiknya (mencegah terbentuknya benjolan darah di pembuluh darah) digunakan pada kasus pasien yang mengalami angioplasty jantung dan bypass. Dalam kasus angioplasty, stent baru ditempatkan di dalam arteri jantung yang tersumbat. Untuk mencegah penyumbatan stent yang baru ditempatkan, aspirin dosis rendah diberikan kepada pasien tanpa batas waktu. Ini juga mencegah penyakit jantung koroner jika diminum setiap hari dalam dosis rendah setiap hari. Aspirin digunakan dalam kasus kanker colo-rektal, karena mengurangi kemungkinan kanker jika diminum secara teratur selama 2 tahun. Selanjutnya, digunakan pada stroke iskemik dan penderita transient ischemic attacks (TIA) yang terjadi karena pembekuan darah. Sebelumnya, aspirin diberikan pada pasien untuk mengurangi demam namun menimbulkan ancaman pada anak-anak yang memproduksi sindrom Reye (penyakit di mana ada kelainan otak dan hati). Bahaya ini menyebabkan pengurangan drastis penggunaan aspirin untuk mengendalikan demam. Parasetamol atau Tylenol adalah analgesik yang sangat kuat. Sifat pengendali rasa sakit sangat kuat sehingga bisa digunakan untuk mengendalikan nyeri pasca operasi dan pada pasien kanker tahap terminal. Parasetamol memiliki sifat antiinflamasi yang sangat lemah dan jika digunakan untuk pasien rheumatoid, ia hanya akan mengendalikan rasa sakit sedikit dan reaksi kekebalan yang mendasarinya akan terus memburuk. Parasetamol lebih baik ditoleransi pada pasien dengan sekresi asam lambung (lambung) yang berlebihan daripada aspirin, yang mengikis lapisan lambung sehingga menyebabkan tukak lambung.Ada banyak efek buruk pada aspirin dan Tylenol. Efek samping yang umum terjadi pada keduanya adalah kelainan hati, namun sangat umum terjadi pada kasus parasetamol. Efek samping lainnya adalah angiooedema (pembengkakan wajah dan bibir), disorientasi, ruam pruritus (urtikaria), perdarahan gaster (perdarahan pada perut) dan trombositopenia (trombosit yang berkurang). Efek samping aspirin adalah bronkospasme (kejang saluran udara paru), ulserasi gaster dan perdarahan lambung. Satu kontraindikasi mutlak aspirin adalah tukak lambung yang berdarah, karena akan memperburuk perdarahannya. Ringkasan: Aspirin lebih umum digunakan sebagai obat pencegahan jangka panjang pada pasien jantung, sedangkan Tylenol terbatas pada kondisi akut untuk menghilangkan rasa sakit dan demam. Tylenol dan aspirin, meski digunakan untuk banyak keluhan, bisa berakibat fatal jika digunakan tanpa berkonsultasi dengan dokter. // commons wikimedia org / wiki / File: Ekstra_Strength_Tylenol_and_Tylenol_PM. jpg